SEJARAH BERPIHAK PADA JERMAN
VIENNA, SABTU - Partai final Piala Eropa 2008 di Stadion Ernst Happel, Vienna, Austria, Minggu (30/6), antara Jerman dan Spanyol dapat dikatakan sebagai final impian. Sejarah, tradisi, dan pengalaman bertanding pada partai puncak menjadi milik Jerman. Namun, penampilan meyakinkan selama Piala Eropa 2008 membuat Spanyol memiliki modal dan keyakinan tinggi untuk menang.
Sejarah, tradisi, dan pengalaman kedua tim di pentas internasional memang lebih berpihak kepada Jerman. Jerman telah memenangi tiga gelar juara Piala Dunia dan Piala Eropa, sementara Spanyol belum pernah menjadi juara Piala Dunia dan baru sekali memenangi Piala Eropa (1964).
Kedua tim pernah bertemu 19 kali dengan catatan, Jerman menang 8 kali, kalah 5 kali, dan imbang 6 kali. Pada kompetisi resmi, Jerman menang 4 kali, Spanyol 2 kali, serta sekali imbang.
Kemenangan Spanyol atas Jerman sudah terjadi cukup lama, 24 tahun silam, pada ajang Piala Eropa 1984. Waktu itu Spanyol akhirnya maju ke final dan kemudian kalah dari Perancis.
Pelatih Jerman Joachim Loew, bisa dikatakan, lebih sukses dibandingkan dengan Pelatih Spanyol Luis Aragones di level internasional. Hal ini setidaknya terlihat pada penyelenggaraan Piala Dunia 2006 di Jerman.
Meskipun berstatus asisten pelatih di bawah koordinasi Pelatih Jurgen Klinsmann, Loew—dengan tim yang nyaris sama dengan skuad di Piala Eropa 2008 ini—mampu membawa Jerman ke semifinal. Sebaliknya, anak asuh Aragones waktu itu apes, kalah dari Italia pada babak perempat final.
”Dalam beberapa tahun terakhir, kami tidak pernah memenangi gelar, sedangkan Jerman juara atau nyaris juara. Maka, saya setuju jika Jerman lebih difavoritkan,” kata pemain tengah Spanyol, Xavi Hernandes, seusai laga semifinal Spanyol versus Rusia, Jumat (27/6) dini hari WIB, yang dimenangi Spanyol, 3-0.
Menurut Xavi, pencapaian timnya ke final Piala Eropa 2008 dengan meyakinkan—tanpa pernah sekali pun menderita kekalahan dan bermain dalam waktu 90 menit pertandingan kecuali saat menang adu penalti lawan Italia di perempat final—adalah satu-satunya bekal menjadi juara sekaligus melampaui beban sejarah buruk Spanyol sejak era 1960-an.
Namun, Aragones meminta anak asuhnya untuk tidak terlalu memikirkan catatan sejarah dan pengalaman. Ia justru memuji timnya yang telah menunjukkan semangat dan permainan berkualitas. Menurut dia, tampilnya Spanyol di partai puncak Piala Eropa 2008 adalah buah kerja keras tim sekaligus bukti primanya mental bertanding.
”Tim ini mempunyai mental juara. Kami banyak belajar dari sejumlah kegagalan, khususnya pada Piala Dunia terakhir. Kami tahu, untuk memenangi pertandingan tidak hanya dibutuhkan permainan bagus, tetapi juga harus tahu caranya berkompetisi,” kata Aragones.
Aragones juga memuji kematangan cara bermain timnya. Meski berusia rata-rata 26,46 tahun—sedikit lebih tua dari rata-rata pemain Rusia (26,07 tahun) dan Swiss (26,44 tahun)— para pemainnya bermain dengan tenang, impresif, sekaligus efektif.
Tak anggap enteng
Melihat data dan fakta aktual itu, hal yang wajar jika Loew pun memilih tidak menganggap enteng Spanyol. Ia menyatakan, partai final Piala Eropa 2008 akan sangat ketat. Loew berjanji, timnya akan menemukan permainan terbaik setelah tampil kurang mengesankan, meski akhirnya menang atas Turki 3-2, pada babak semifinal.
”Spanyol sekali lagi menunjukkan bahwa mereka memiliki tim yang sangat baik, konsisten, dan berada pada level tinggi. Namun, kami juga akan kembali menemukan ritme permainan di partai final,” kata Loew.
Legenda sepak bola Jerman, Franz Beckenbauer, adalah salah satu sosok yang mengkritik dengan keras penampilan anak asuh Loew pada semifinal Piala Eropa 2008. Bukan rahasia lagi, kritik maupun saran Beckenbauer selalu diperhatikan tim ”Panser”. Kebelasan Jerman menjadi juara Piala Dunia 1974 saat Beckenbauer tampil sebagai pemain dan ia pula, dalam posisinya sebagai pelatih, yang membawa negeri itu menjadi juara Piala Dunia 1990.
”Saya ingin melihat Jerman yang lain di final dibanding partai melawan Turki. Jerman yang lebih mendominasi, aktif, bahkan berani mengambil risiko,” kata Beckenbauer.
Jerman akan melakukan perjalanan dari Basel ke Vienna, Sabtu ini. Menurut Loew, timnya sudah tidak sabar untuk tampil di partai final dan menjadi juara. Jika itu terjadi, mereka akan menjadi negara pertama yang mampu menjadi juara Eropa keempat kalinya. Sebelumnya, mereka merebut Piala Eropa pada tahun 1972, 1980, dan 1996.
Dilaporkan, skuad Jerman— yang terdiri atas 23 pemain—masing-masing akan memperoleh bonus sebesar 250.000 euro atau sekitar Rp 3,6 miliar jika menang pada partai final nanti. Namun, Loew memastikan bahwa timnya ingin menang bukan karena uang yang dijanjikan itu.
”Tim kami ingin menciptakan sejarah. Ini tugas besar saya dan saat ini yang paling penting adalah memastikan tim dalam kondisi bugar dan cukup istirahat,” kata Loew.